Card image cap
  11 Oct 2021
Waspada, Ada Krisis Baru Mengancam Industri Mobil Nasional

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis chip semikonduktor sudah pernah terjadi pada awal tahun 2021. Nyatanya, krisis tersebut kembali terulang dalam beberapa waktu ke belakang.
Chip semikonduktor, "bahan" penting pembuatan mobil, kini langka. Pabrikan pun mengakui kondisi itu bisa mengancam produksi mobil nasional yang saat ini sedang bergairah.
"Produsen mulai bulan ini, kelihatannya mulai terjadi problem kembali untuk kelangkaan semikonduktor. Ini PR besar buat pabrikan mengatasi ini, at least minimize kelangkaan produksi sampai akhir tahun ini," kata Chief Executive Astra International Daihatsu Supranoto dalam program Profit CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (11/10/2021).
Meski demikian, dia bilang pabrikan mobil di Indonesia sedang berusaha semaksimal mungkin untuk memperkecil dampak krisis itu. Apalagi, saat ini permintaan terhadap mobil baru masih tinggi akibat relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
"Ini terjadi di awal tahun dan sudah bisa diatasi, tapi kelihatannya kabar terbaru beberapa pemain atau brand-brand di Indonesia mulai mengalami kesulitan bulan ini. Jadi sampai September kemarin belum terasa dampak signifikan, tapi Oktober, November, Desember menjadi tantangan sangat besar buat pabrikan untuk mendapat chip semikonduktor ini," ujar Supranoto.
Masalah krisis chip semikonduktor bukan masalah baru. Sejak awal tahun krisis ini mengancam produksi mobil dunia, termasuk dalam negeri.
Bahkan harga chip semikonduktor di seluruh dunia diperkirakan akan melonjak di seluruh spektrum, mengingat adanya kekurangan pasokan chip secara global. Kondisi ini diproyeksikan bisa berlangsung hingga akhir 2022.
"Krisis ini setahu saya akibat demand meningkat, terutama chip yang kaitannya high tech, elektronik, telematika segala macam. Permintaan meningkat seluruh dunia seperti peralatan canggih laptop, telepon, perlu chip itu," kata Ketua Bidang Industri Manufaktur Apindo Johnny Darmawan dalam Profit CNBC Indonesia.
Ia menyayangkan krisis terjadi kala pemerintah sedang memberikan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk pembelian mobil baru. Alhasil, ketika permintaan meningkat, produksi justru kesulitan mengimbangi.
"Di lain pihak, pabrik itu ada kebakaran di Jepang. Mereka punya chip ada level 1, 2, 3, sekarang ini problemnya yang level 3-4 untuk sound system instruksi-instruksi teknologi tinggi di mobil itu," ujar Johnny yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor periode 2002-2014.
Adapun kebakaran pabrik chip otomotif terjadi pada Renesas Electronics, beberapa waktu lalu. Perusahaan itu menguasai sekitar 30% pangsa pasar global chip pada mobil. Chip semikonduktor yang dibuat oleh Renesas digunakan secara menyeluruh untuk sistem komputasi di dalam mobil, termasuk untuk memantau kinerja mesin, mengatur kemudi, jendela otomatis, sensor parkir, serta instalasi hiburan.
"Problem di mobil, kalau salah satu chip nggak dipasang, itu mobil nggak akan bisa dikirim, diproduksi. Ini problemnya, kalau buat mobil chip, belakangan itu nggak ada masalah, tapi nggak bisa. Ini membuat drop karena masalah chip," lanjutnya.

Sumber - CNBC Indonesia